Acara : Pengajian Rutin Hari rabu (Pegawai SMPN 6 Garut)
Penyaji : Ustad DIDIN
Tempat : SMPN 6 Garut
Waktu : 10 Nopember 2010, 12.30 s.d selesai
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ وَمَا كَانَ
Artinya :
Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.
Berkenaan dengan ayat tersebut diatas, kita merasa miris dengan kejadian yang ada di Indonesia secara terus menerus dilanda bencana alam.
Ada apa dengan bangsa Indonesia? Dengan terjadinya banjir, lumpur Lapindo, air bah Cigintung,Longsor wasior, erupsi merapi, tsunami dan yang lainnya. Ini terjadi hampir menyeluruh dibanyak kawasan di Nusantara dibarengi juga dengan bencana longsor, angin kencang yang menumbangkan banyak pohon, puting beliung yang banyak merobohkan rumah-rumah.
Sungguh suatu hal yang aneh bila kita hanya mengganggap hal ini terjadi,secara kebetulan, pasti ada yang salah dengan keadaan bangsa ini yangseolah-olah alam memberikan peringatan yang makin lama makin besar
terhadap bangsa ini kecuali bangsa ini berubah.
terhadap bangsa ini kecuali bangsa ini berubah.
Pada jaman dulu kehancuran negeri yang sebelumnya digambarkan hidup penuh makmur, sejahtera, dan damai dilakukan melalui bermacam-macam cara: diberi gempa bumi yang hebat yang berlangsung berhari-hari dan diiringin dengan hujan batu berlumpur, seperti yang dialami kaum Nabi Luth as; terjangan badai dahsyat dan cuaca dingin seperti dialami ummat Nabi Hud as; menenggelamkan penghuninya dengan banjir besar, seperti yang dialami ummat Nabi Nuh as; gemuruh suara petir yang sangat kuat dan mematikan seperti ummat Nabi Shalih as.
Kaum Nabi Luth as dimusnahkan akibat perbuatan mereka yang melegalisir hubungan seksual dengan kaum sejenis (homosek). Mereka memilih sesama lelaki untuk pasangan hidupnya. Bahkan perkawinan yang wajar (antara lelaki-perempuan) dianggap hal yang aneh. Penawaran Luth akan putrinya agar mereka nikahi justru dicibirkan.
Kehancuran yang menimpa kaum `Ad adalah akibat perilaku mereka yang syirik kepada Allah swt. Mereka menganut kepercayaan kepada banyak dewa dan menyembah dewa-dewa tersebut.
Kaum Tsamud dihancurkan akibat durhaka kepada Tuhan dan mendustai ajaran Nabi Shalih as. Nabi Shalih mengajak ummatnya agar kembali ke jalan yang benar, namun mereka menolak. Bahkan unta yang menjadi mukjizat Nabi Shalih mereka bunuh.
Mereka hidup berwewah-mewah dengan mendirikan rumah-rumah dan bungalow-bungalow megah. Mendirikan sarana megah bagi mereka tidak sulit sebab mereka ahli-ahli bangunan yang tak tertandingkan pada masanya. Dan segala kemampauan yang dimiliki, mereka curahkan untuk menikmati kehidupan dunia. Sementara masih banyak masyarakat melarat yang hidup menderita. Oleh sebab itu, Allah membinasakan mereka lantaran hidup semakin congkak dan sombong, dengan mendatangkan gempa dan petir yang dahsyat.
Sesungguhnya, musibah maupun ‘adzab yang ditimpakan Allah SWT kepada manusia ditujukan agar mereka kembali mentauhidkan Allah SWT, dan menjalankan seluruh syariatNya dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Sayangnya, banyak orang memandang musibah sebagai peristiwa dan fenomena alam biasa, bukan sebagai peringatan dan pelajaran dari Allah SWT. Akibatnya, mereka tetap tidak mau berbenah dan memperbaiki diri. Mereka tetap melakukan kemaksiyatan dan menyia-nyiakan syariat Allah SWT. Mereka lebih percaya kepada kekuatan ilmu dan teknologi bikinan manusia untuk menangkal bencana dan musibah, dari pada Kekuatan dan Kekuasaan Allah SWT. Adanya musibah tidak justru menjadikan mereka rendah diri dan bersandar kepada Allah, namun justru menyeret mereka untuk semakin ingkar kepada Allah SWT.
Walaupun segala bencana adalah rasional, namun Islam mensyariatkan kepada umatnya untuk ber-istirjaa', yaitu ketika mendapatkan musibah segera mengucapkan Innaa Lillaahi wa Innaa Ilayhi Raaji'uun, yang berarti "Sesungguhnya kami adalah milik Allah Swt, dan hanya kepada-Nya-lah kami kembali". Ucapan ini memang terlihat sederhana, namun ia memiliki makna yang sangat mendalam, yakni mengingatkan kita untuk senantiasa ber-Tauhid, ber-Qadhaa dan ber-Qadar.
0 komentar:
Posting Komentar