Selasa, 09 November 2010

POTRET SEORANG IBU

Acara  : IRMATA
Penyaji : Ustad Wildan Kurniawan, S.Ag
Tempat : SMPN 6 Garut
Waktu :  12.30 s.d selesai



Ketika Rosulullah saw ditanya, “Diantara semua orang, siapakah yang paling pantas menerima kebaikan  cinta kasih ( BIRR ) ?Rosul menjawab, Ibumu”. Penanya itu bertanya lagi, setelah itu siapa lagi ?, Rasul menjawab, Ibumu. Dia bertanya lagi, setelah itu siapa ? Ibumu jawab Rasul kemudian setelah itu baru Bapakmu”.
Kata Birr sering diterjemahkan prilaku baik, kemurahan hati, perbuatan yang penuh kasih sayang dan kelembutan, sementara bentuk adjektif dari Birr adalah Barr yaitu salah satu sifat Allah swt ( QS. 52 : 287 ).
Rosulallah mengajarkan kepada kita untuk memuliakan orang tua kita, terutama ibu. Kata yang digunakannya pun kata Birr yang memiliki kesamaan makna dengan Barr  ( sebagai salah satu sifat Allah ). Ini berarti bahwa seorang ibu mempunyai kedudukan yang sangat terhormat dan mulia di sisi Allah, bahkan perintah untuk taat kepada Allah dirangkaikan dengan keharusan berbuat baik kepada orang tua. Selain itu, ibu disebut sebanyak 3 kali sementara bapak 1 kali.
Kedudukan ibu dalam tradisi islam tercermin dalam pemberian nama salah satu organ tubuhnya yang diambil dari sifat Allah swt yaitu Rahim yang berasal dari akar yang sama dengan Rahmah ( salah satu sifat Allah ).
Oleh karena itu hubungan antara Birr dan Barr, Rahim dan Rahmah, Ibu dan Allah, sangat jelas dalam bentuk maupun makna dari kata yang di gunakan. Oleh sebab itu barang siapa yang tidak mau memuliakan ibu berarti dia sedang memutuskan kasih sayang Allah kepadanya.
Allah berfirman : “Akulah Tuhan dan Aku adalah Yang Maha Pengasih. Aku ciptakan rahim dan aku berikan padanya sebuah nama yang berasal dari nama-ku sendiri. Maka jika seseorang menyatukan rahim, maka Aku akan menyatukan dirinya dengan-Ku”.           ( Hadits Qudsi )
Namun sayang, ditengah kehidupan yang serba materialistic, di tengah arus sekulerisasi dan liberalisasi terhadap norma-norma agama, pengorbanan, ketegaran dan kehebatan seorang ibu yang semestinya dihormati, dipuja, dan dikagumi oleh seorang anak, kini sudah mulai luntur malah diabaikan.
Akibatnya, banyak anak yang tak hormat lagi pada ibunya, hanya lantaran ibunya sedikit melakukan kesalahan kecil yang manusiawi, atau hanya karena kita malu karena ibu kita lusuh, kelihatan kotor, kampungan dan tidak berpikiran modern, sementara kita merasa diri telah hebat, paling modern, paling gaul hanya karena pendidikan kita lebih tinggi dari ibu kita.
Padahal kalau ditafakuri semua jasa dan pengorbanan seorang ibu, yang telah memberikan DARAHNYA buat kelangsungan hidup kita selama 9 bulan 10 hari (selama di kandung), dan AIR SUSUNYA selama 20 bulan 20 hari ( masa menyusui ) lihat ( QS. 46 : 15 ), maka tak seorangpun anak yang mampu membalas semua pengorbanan ini.
Oleh karena itu, selagi ibu kita masih ada muliakanlah beliau, sebelum semuanya terlambat.betapa malangnya seorang anak yang belum sempat berbakti pada ibunya, sementara kini ibunya telah tiada, jangankan berbakti hanya untuk meminta maaf atas segala kekhilafanya saja tak sempat, apalagi kalau kita mengenang semasa ibu masih ada, sering wajah kita bermuka masam, tak jarang ucapan yang tak pantas keluar dari mulut kita, banyak prilaku tak bermoral kita tunjukan  pada ibunda di rumah, padahal semua pengorbananya tak terbalaskan.
Sebelum sesal kita semakin dalam, marilah di tengah keheningan malam, saat bulan bersinar lembut, ketika Allah turun ke bumi mencari hamba-hamba-Nya yang sedang bersujud, mari kita bersimpuh di hadapan-Nya dengan segunung harapan menerawang jasa dan pengorbana yang telah ibunda lakukan- apapun- dan – bagaimanapun-agar tak ada sesal saat mahkamah Ilahi menghadirkan butir-butir air mata ibunda sebagai saksi atas kesedihan dan kepedihan dalam getirnya kehidupan yang ia jalani.



0 komentar:

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template